Jumat, 25 November 2011

REBAB PADA KILININGAN


REBAB DALAM  KILININGAN
1. Fungsi dan Kedudukan
Kata Kiliningan berawal dari nama waditra kilining, yang memiliki bentuk seperti saron namun jumlah bilahnya lebih banyak, yakni antara 9-14 bilah. Waditra ini merupakan bagian dari gamelan yang hampir menyerupai gender dalam gamelan jawa. Dalam penampilannya saat ini, waditra kilining tersebut tidak digunakan lagi, melainkan hanya menggunakan seperangkat gamelan Salendro/Pelog sebagai pengiring lagu-lagu yang dibawakannya, hal ini dikarenakan semakin jarangnya orang yang dapat memainkan waditra kilining tersebut. Walau demikian nama kesenian ini tetap dinamakan Kiliningan. Selain diambil dari nama sebuah waditra istilah kiliningan ini juga sebagai pembeda dengan mengiringi lagu dalam pertunjukan Wayang Golek. (Ajip Rosidi dkk, Ensiklopedia Sunda: 2000).
Kliningan dalam sajian Wayang Golek Sunda, Pada intinya Pemanfaatan waktu yang diluangkan oleh dalang dalam mengisi istirahat disela-sela kegiatan mendalangnya. Ini terbukti dalam setiap awal sajian lagu-lagu kliningan, biasa didahului dengan sambutan oleh Lurah Sekar, Sinden, atau siapapun yang ditugaskan, dengan menyatakan “ etang-etang ngeusi waktos istirahat bapa Dalang…” (itung-itung mengisi waktu istirahat bapak Dalang). Caca Sopandi, Gamelan Selap ( 2006: 49).[1]
Berdasarkan bentuk penyajiannya, kiliningan dibedakan atas 2 macam, di antaranya adalah bentuk penyajian mandiri dan selingan. Penyajian mandiri adalah penyajian kiliningan secara khusus yang hanya berupa sekar gending saja, sedangkan yang dimaksud dengan bentuk penyajian selingan adalah sejak kiliningan sebagai bagian dalam pergelaran Wayang Golek. (Soepandi, 1995:20)
            Dalam penyajiannya rebab mempunyai peran penting dalam ensambel gamelan besar maupun ensambel kecil. Di mana hal ini bisa dilihat pada awal lagu atau gending, di mana salah satu di antaranya waditra yang mulai memberi komando adalah rebab, yaitu melalui pangkat atau arang-arang. Seperti yang diungkapkan oleh Raden Machjar Angga Kusumadinata dalam bukunya yang berjudul Pangawikan Rinenggaswara.
“Numutkeun babasaan para wijaga nu djadi radjana kanajagan teh nja eta rebab. Parabot-parabot gending nu sanes sadajana kedah tunduk kana rebab. Kendang djadi papatihna, nu ngatur wiletan, gerakan irama sareng wirahma, numutkeun parentah rebab. Gong (goong) minangka djaksana di salebeting nagara kanajagan, nungabagi-bagi kanajagan, didjadikeun sababaraha gongan, numutkeun darma (pangadilan, wet), nu mutus, nu njatjapkeun kalangenanana kanajagan. Parabot-parabot gending nu sanes minangka para prijajina (para ponggawa mantrina).”

Yang artinya :
“Menurut apa yang sering dikatakan oleh para pemain gamelan bahwa yang menjadi rajannya seperangkat gamelan yaitu rebab. Alat-alat gamelan yang lain semuannya harus tunduk kepada rebab. Kendang jadi patihnya, yang mengatur wiletan, gerakan irama dan wirahma, berdasarkan perintah rebab. Gong (goong) diumpamakan sebagai jaksa di suatu negara para pemain gending, yang membagi-bagi pemain gending, dijadikan beberapa gongan, berdasarkan tugas(pengadilan, wet), yang membagi, yang mempokuskan permainan seperangkat gamelan. Waditra yang lain diibaratkan para priyayinya (para ponggawa mentrinya).”

Penyajian ini biasanya lebih menonjol dalam penyajian kiliningan dan ketuk tilu. Rebab juga mempunyai peranan atau fungsi sebagai pemberi gambaran atau bayangan lagu, kepada juru sekar[2]  yang bertujuan mempertegas surupan nada dasar  utuk lagu yang dibawakan. Dengan kata lain fungsi rebab tersebut untuk membantu mempermudah juru sekar untuk membawakan sajian lagu yang dibawakan.
Rebab mempunyai fungsi atau peranan penting dalam ensambel gamelan, ketika rebab berinteraksi dengan sekar gending[3], di antaranya :
1.      Merean yaitu memberi ancang-ancang pada sinden baik berbentuk melodi maupun ancang-ancang nada saja.
2.      Nganteur = mengikuti atau menegaskan melodi yang dibawakan oleh sinden serta mengisi kekosongan dengan member senggol-senggol sebagai sentuhan melodi pada alur lagu yang tidak dituangkan oleh penciptanya sebagaimana telah diungkapkan oleh Pandi Upandi, Senggol adalah komposisi nada tertentu untuk mengisi kekosongan arkuh lagu (1986:53).
3.      Marengan = menyajikan melodi yang sama dengan sajian melodi pada saat yang bersamaan.
4.      Muntutan = memberi hiasan terhadapakhir setiap frase atau kalimat lagu yang dibawakan juru sekar.




2. Teknik Garap
            Teknik garap pada rebab mempunyai prinsip-prinsip tersendiri dilihat dari permainannya. Apabila tekhnik garap rebab tersebut sudah dikuasai maka dalam permainannyapun pasti bisa seperti apa yang diharapkan, tentunya dengan ketekunan, kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh pengrebab tersebut. Teknik garap pada rebab terbagi atas 2 (dua), yaitu ngeset  (menggesek rebab) dan (menengkep rebab).
a. Cara menggesek rebab
            Ada beberapa macam cara untuk menggesek rebab di antaranya :
1.      Cacagan, menggesek dengan gerakan terputus – putus, untuk melahirkan suara yang patah – patah (stakato).
2.      Embat, yaitu menggesek dengan gerakan lambat untuk melahirkan suara panjang.
3.      Getet, yaitu menggesek dengan gerakan pendek – pendek (mundur maju) untuk melahirkan suara – suara yang tersendat sendat.
4.      Golosor, yaitu menggesek dengan gerakan lambat setengah ditekan, untuk melahirkan suara panjang dan lembut ( digunakan memelodi tidak tersendat-sendat).
5.      Kerecek, yaitu menggesek dengan mengetar, untuk menghasilkan suara ngeleter (tremolo).
6.      Ligar, yaitu menggesek dua kawat bersamaan tanpa jari menengkep kawat.
7.      Renghapan, menggesek dengan menurut renghapan (nafas antara) juru kawih (vokalis), atau gesekan yang selangkah dengan melodi yang dinyanyikan oleh swarawati, satu renghapan satu kali gesekan. (Upandi,37:1986)

b. Cara menengkep rebab
Cara menggesek rebab ada berbagai macam diantaranya :
1.         Besot, yaitu pindah jari dengan menggeserkan dari bawah ke atas atau sebaliknya, pada waktu sampai ditempat yang dituju diganti dengan jari yang lain.
   0   j0j j 2  j2j j 1  2
     j3j j 4  3  j2j j 3   3

2.         Paut, yaitu memindahkan posisi jari atas kebawah dengan jari yang menengkep kawat masih tetap atau diganti dengan jari lain sesuai dengan nada yang dituju.
3.         Gedag, yaitu membentuk suara dengan salah satu jari yang melekat pada kawat, kemudian ditekan-tekan pada kawat nada yang dituju.
4.         Kosod, yaitu membentuk suara dengan salah satu jari yang melekat pada kawat, kemudian digerak-gerakkan ke atas dan ke bawah.
5.         Gerentes, yaitu menggunakan tiga jari atau empat yang saling mengangkat, dengan nada yang bergantian, biasannya ornamentasi ini dipakai pada laras madenda.
6.         Lelol, yaitu menggunakan tiga jari, biasanya jari telunjuk mengenai kawat, jari tengah dan jari manis mengadakan singgungan bergantian.
  j2j j j 1  jtj j 1  jtj jjk.kj 2  jtj j j 1      contoh dasar lelol

7.         Malih warni, yaitu penyimpangan dari posisi jari, misalnya nada (da) salendro yang biasanya ditengkep oleh telunjuk, tetapi ditengkep oleh jari tengah.
8.         Meujit, yaitu peranan jari kelingking membentuk nada- nada yang paling tinggi.
9.         Kejat, yaitu satu gesekan,tetapi dua jari membentuk bunyi stakato.
10.     keleter, yaitu jari kesatu yang kena pada kawat, tetapi waktu digesek yang bergetar mengenai kawat beberapa kali pacokan dari yang lain yang ada dibawahnya. (Upandi,37-39:1986)
Dari sekian banyak teknik gesekan maupun teknik tengkepan yang ada, akan tetapi pada kenyataan dilapangan, permainan rebab yang satu dengan yang lainnya itu berbeda dalam membawakan sebuah lagu, meskipun sama-sama membawakan lagu yang sama. Itu semua dikarenakan rasa, suasana, karakter dan keterampilan dari setiap pengrebab itu berbeda-beda. Sesuai dengan pengamatan penyaji setiap kali bertemu dengan pemain rebab dan memperhatikannya pada saat pertunjukan ataupun pada saat berbincang-bincang, dan ditambah dengan hasil perbincangan dengan Bapak Caca Sopandi sekaligus dosen pada mata kuliah alat gesek, untuk masalah ornamentasi rebab yang digunakan tergantung pada karakter pengrebab tersebut yang dominan, sekaligus sebagai ciri khasnya. Oleh karena itu ornamentasi rebab dalam teknik tengkepan yang penyaji digunakan yaitu hanya 7 macam,yaitu Gerentes (umum digunakan pada laras madenda), Lelol, Paut, Betrik, Besot, Getet, Gedag dan Gerentes.
Membuat senggol atau kebebasan senggol dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
a.      Menguasai lagu (melodi dasar)
b.      Memiliki kepekaan terhadap laras
c.       Memahami teknik penjarian yang baik
d.     Menguasai alur lagu (tempo,ritme)
e.      Memiliki ketahanan kecepatan tangan
f.        Memiliki daya kreatif
            Setelah teknik garap permainan rebab dikuasai dengan benar, maka secara langsung proses pengolahan ornamentasi maupun sistem penjariannyapun akan lebih mudah, kemudian penyaji mengaplikasikan teknik garap tersebut pada lagu-lagu yang akan disajikan. Pengaplikasian tersebut penyaji sajikan pada tiap lagu, dengan masing-masing ciri nuansa karakter lagu tersebut, di antaranya :
1.      Lagu Kastawa, penyaji mencoba menggabungkan ornamentasi dan senggol rebaban Eutik Muchtar dengan Caca Sopandi. Kemudian naek ke lagu Dahlia Bungur dengan mengambil gaya ornamentasi Asep Mulyana.
2.      Lagu Panghudang Rasa, penyaji mencoba membawakan ornamentasi dan senggol rebaban Sapri.
3.      Lagu Sinyur Kreasi, pada penyajian ini, penyaji mencoba menggunakan senggol rebaban Eutik Muchtar dengan segala kemampuan senggol dan ornamentasi penyaji kuasai, pada lagu ini bisa dikatakan lagu yang dapat dijadikan tolak ukur kemampuan penyaji, karena dalam lagu ini semua kemampuan penyaji dituangkan untuk menuntun sinden dalam menyajikan pola saling bersautan suara rebab dengan juru sinden.
4.      Lagu Pakaulan Tumpak Delman, penyaji membawakan gabungan antara senggol dan ornamentasi Asep Mulyana dengan Eutik Muchtar.
5.      Lagu Gaplek, pada penyajian penyaji mencoba menggabungkan arang-arang Caca Sopandi, Endang Rukman dan Asep Mulyana.
Dari sedemikian hasil garapan yang penyaji bawakan dengan mengacu kepada ornamentasi ataupun senggol para pengrebab yang penyaji sadap, jauh dari mirip atu samanya, namun itu semua disesuaikan dengan kemampuan penyaji baik itu dari daya tangkap maupun skil yang dimiliki.

3. Struktur Penyajian
            Seperti halnya pertunjukan konvensional penyajian kiliningan, lagu-lagu atau gending disajikan satu persatu sesuai dengan fungsi dan tingkatan embat. Awal pertunjukan biasannya diawali dengan sebuah gending sajian khusus, yang lebih dikenal dengan sebutan tataluan. Penyajian materi-materi lagu yang disertai dengan sekar biasannya diawali dengan lagu bubuka (pembuka), yang oleh sebagian masyarakat diyakini sebagai lagu ritual, seperti lagu titi pati, seli asih, kidung, kembang gadung, engko dan sebagainnya.[4] Selanjutnya penyajian lagu-lagu gede, yaitu lagu-lagu yang tergolong pada embat lalamba atau embat opat wilet (biasannya diawali dengan bawa sekar), lagu jalan, lagu sekar caturan, dan lagu-lagu atau gending pamungkas (lagu atau gending penutup).
            Struktur yang akan digunakan pada pertunjukan saat ini mengadaptasi dari susunan seperti itu yang diuraikan di atas, hanya saja tidak menyertakan lagu bubuka, namun materi-materi yang disajikan pada kesempatan ini  dapat mewakili dari setiap karakter dan tingkatan embat yang ada.
            Sehingga struktur yang dibentuk merupakan susunan dari, sebagai berikut :
a.      Salah satu gending bubuka/tatalu
b.      Lagu embat opat wilet yang diawali dengan bawa sekar, dan lagu lalamba
c.       Lagu jalan
d.     Lagu sekar catur
e.      Lagu atau gending pamungkas



[1] Caca Sopandi dalam tesisnya yang berjudul” Gamelan Selap”,Kajian Inovasi pada Karawitan Wayang Golek Purwa. Program PascaSarjana, Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta 2006.
[2] Juru Sekar = sebutan nama kepada vokalis wanita.
[3] Sekar Gending = penyajian suara vocal manusia yang diiringi oleh seperangkat gamelan.
[4] Di daerah Sumedang Lagu Titi Pati, Seli Asih, Kidung dan
Kembang Gadung Sawilet, merupakannlagu pembuka yang wajib dilaksanakan sebelum suatu acara dimulai. Begitu pula dengan lagu Engko yang merupakan lagu pembuka didaerah Majalengka.